Snyder (2000) menyatakan
harapan adalah keseluruhan dari kemampuan yang dimiliki individu untuk
menghasilkan jalur mencapai tujuan yang diinginkan, bersamaan dengan motivasi
yang dimiliki untuk menggunakan jalur-jalur tersebut. Harapan didasarkan pada
harapan positif dalam pencapaian tujuan. Snyder, Irving, & Anderson (dalam
Snyder, 2000) menyatakan harapan adalah keadaan termotivasi yang positif
didasarkan pada hubungan interaktif antara agency (energi yang mengarah
pada tujuan) dan pathway (rencana untuk mencapai tujuan). Snyder,
Harris, dkk (dalam Snyder, 2000) menjelaskan harapan sebagai sekumpulan
kognitif yang didasarkan pada hubungan timbal-balik antara agency (penentu
perilaku yang berorientasi tujuan) dan pathway (rencana untuk mencapai
tujuan).
Snyder (dalam Carr, 2004) mengkonsepkan harapan ke dalam dua komponen,
yaitu kemampuan untuk merencanakan jalur untuk mencapai tujuan yang diinginkan
dan agency atau motivasi untuk menggunakan jalur tersebut. Harapan
merupakan keseluruhan dari kedua komponen tersebut. Berdasarkan konsep ini,
harapan akan menjadi lebih kuat jika harapan ini disertai dengan adanya tujuan
yang bernilai yang memiliki kemungkinan untuk dapat dicapai,
bukan sesuatu yang mustahil
dicapai. Pemikiran hopeful mencakup tiga komponen, yaitu goal, pathway
thinking, dan agency thinking. Namun jika individu memiliki
keyakinan untuk mencapai tujuannya, maka individu tidak memerlukan harapan.
Sebaliknya, jika individu yakin bahwa ia tidak akan bisa maka ia akan menjadi hopeless.
Berdasarkan konseptualisasi ini, emosi positif dan negatif merupakan hasil dari
pemikiran hopeful atau hopeless yang memiliki tujuan. Pada
situasi adanya usaha untuk mencapai tujuan, perilaku hopeful akan
ditentukan oleh interaksi dari hal berikut:
a.
Seberapa bernilainya tujuan atau hasil yang ingin dicapai.
b.
Pemikiran mengenai jalur untuk mencapai tujuan dan harapan yang berkaitan
dengan seberapa efektif jalur/cara ini untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
c. Pemikiran mengenai pribadi
dan seberapa efektif individu dalam mengikuti jalur untuk mencapai tujuan
tersebut.
Teori harapan juga menekankan
peran dari hambatan, stressor, dan emosi. Ketika menjumpai hambatan yang
menghalangi pencapaian tujuan, individu menilai kondisi tersebut sebagai sumber
stres. Berdasarkan postulat teori harapan, emosi positif dihasilkan dari
persepsi mengenai keberhasilan pencapaian tujuan. Sebaliknya emosi negatif
mencerminkan kegagalan pencapaian tujuan, baik yang mengalami hambatan ataupun
tidak mengalami hambatan. Oleh karena itu, persepsi mengenai keberhasilan
pencapaian tujuan akan mendorong munculnya emosi positif dan negatif (Snyder
& Sympson, dalam Snyder, 2000). Kemudian emosi ini bertindak sebagai reinforcing
feedback.
URL : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29484/4/Chapter%20II.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar